Minggu, 27 Januari 2008

Rasa Memiliki



Ketika komitmen itu terjalin, ketika janji setia sampai akhir itu terucap, ketika pernikahan itu dipilih...

Saat saat menegangkan dalam hidup salah satunya adalah ketika mengucapkan dan meresapi komitment untuk bersatu dengan pasangan hidup kita dalam hiruk pikuk nan sahdu diajang pernikahan yang kita inginkan, kala itu pastilah muncul rasa memiliki satu sama lain.

Rasa Memiliki adalah salah satu dasar dari keharmonisan hidup berumah tangga, tetapi rasa memiliki seperti apa yang dapat menyelamatkan kehidupan kita dalam rumah tangga. Kadang kala kita bias mengartikan perasaan yang satu ini, Hingga kita berasumsi bahwa pernikahan adalah lahan bagi kita untuk memiliki seseorang sepenuh hati hingga tak pelak perasaan itu menimbulkan perasaan gerah bagi pasangannya karena dengan rasa memiliki dari kekasihnya yang besar itu maka dia merasa sulit untuk bergerak, bergaul, bicara bahkan bernafas. Separah itukah?? Ya!! dan akan sangat parah, terutama bagi dia yang terbiasa memiliki sesuatu sesuai keinginannya dan tidak pernah mendapatkan kata penolakan dari siapa pun.

Mengapa perasaan memiliki yang bahkan memang cenderung terdengar baik begitu akan sangat berbahaya dan dalam konteks seperti apa itubisa terjadi.

Sering kali orang tidak menyadari bahwa rasa cemburu pada pasangan dan kesedihan saat kehilangan itu efek dari rasa memiliki itu sendiri, bahkan lebih parahnya jika rasa memiliki itu membuat orang itu menjadi membabi buta seperti cemburu buta hingga istri atau suaminya tak boleh berinteraksi dengan orang lain atau bahkan bisa dicontohkan dengan si kikir nan pelit yang cinta dan begitu merasa bahwa hartanya itu adalah miliknya padahal tidak begitu adanya.

Dalam islam kita dianjurkan untuk tidak bertindak secara berlebihan, tapi kadang kala sebagai manusia biasa kita susah sekali untuk mengendalikan emosi yang sering meluap luap hingga kepermukaan, yang tadinya memang baik ternyata dapat berdampak buruk.

Tita misalnya dia anak dari seorang pejabat kaya, dia semenjak kecil hingga dewasa selalu dicukupi kebutuhannya dari segi materi oleh kedua orang tuanya tetapi dari segi kasih sayang orang tuanya tersebut tidak dapat memenuhinya, asalan klisenya karena SIBUK.Kini Tita sudah menikah dengan ismail yang saat itu baru diangkat dan bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Swasta) disalah satu daerah dijakarta. Tita yang baru menikah 6 bulan ini merasa bahwa suaminya telah beselingkuh karena sering sekali telat pulang dan sering sekali tidak mengacuhkan istrinya tsb. Suatu hari Tita pun menumpahkan isi hatinya ke ismail mengenai perselingkuhan suaminya versi pikiran Tita. Suami yang saat itu lelah dan tidak merasa berlaku salah malah terpancing emosinya, dia bukan menjelaskan kepada istrinya alasan sebenarnya mengenai keterlambatan dia pulang dan mengapa dia pulang selalu dalam keadaan lelah padahal jika kasus ini dikomunikasikan dengan baik mungkin tidak akan berimbas buruk pada keduanya. Percekcokan keduanya mulai mereda setelah suatu hari ismail menjelaskan titik permaslahan mengapa dia selalu telat dan tidak mengacuhkan Tita. Tita percaya kala itu, tetapi mengapa tiap waktu yang dia lalui dalam pernikahannya itu selalu dibayangi bahwa suaminya tersebut akan pergi darinya, hingga kadang kala dia histeris dan marah marah tidak jelas yang malah membuat suaminya menjadi berpikir klu istrinya tersebut terlalu over protective dan diapun gerah dengan kondisi seperti itu. Kecemburuan Tita memang sering kali tidak memiliki dasar apapun dan hal ini bisa menghacurkan rumah tangganya, dan kecemburuan kemungkinan besar dikarenakan akibat masa lalunya yang kurang mendapatkan kasih sayang dari keluarganya dan sekarang dia menuntut mendapatkan lebih dari suaminya tersebut.

Contoh kecil diatas jika kita lihat memiliki beberapa kenyataan bahwa memang tidak sedikit permasalahan tersebut bisa dipicu karena kurangnya komunikasi, tetapi komunikasi juga tidak akan berjalan lancar jika salah satu pihak atau keduanya merasa dirinyalah yang paling benar hingga tidak menghiraukan sisi dari pasangannya. Pemikiran Tita dalam cerita diatas memang tidak banyak dialami oleh orang disekitar kita tetapi sering kali rasa memiliki yang tidak kita sadari seperti rasa memiliki pada anak,rasa memiliki pada harta,memiliki karena merasa itu hasil usaha sendiri dan lainnya dapat memicu pada hal yang seharusnya tidak terjadi.

Rasa memiliki itu memang indah jika pada porsinya, tetapi akan sangat berbahaya jika terlalu berlebih. Dengan rasa memiliki (pada porsinya) dapat timbul rasa senang or bahagia, sayang dan cinta. Kita dapat menyayangi pasangan kita, anak kita bahkan saudara-saudara kita yang lain dengan perasaan memiliki yang pas. Tetapi rasa memiliki ini harus difilter oleh kebebasan masing-masing orang dan oleh Hak dari orang perorang, karena dengan rasa memiliki (berlebihan) dapat timbul cemburu, prasangka buruk, tidak nyaman dan takut kehilangan. Selain itu kita sebagai manusia harus sadar bahwa setiap orang memiliki ego masing2 yang sering kali tidak mau diutak atik oleh orang lain, dan kita sewajarnya bisa menghargainya jika masih dalam koridor tertentu.

---

Mmmm apa Lebih baik kita mengarahkan perasaan kita pada rasa simpati dan empati untuk sesama saja kali yach... Tp susah juga menelantarkan perasaan memiliki kita pada orang.. Hix.. Mari beramai ramai memanaj perasaan kita masing-masing...

Tidak ada komentar: