Selasa, 29 Januari 2008

Ujian Dikala senang

"Berat Bebanku meninggalkan mu... separuh nafas jiwaku.. Sirna..." Sepenggal lagu dari Glen fredly artis kenamaan di negeri ini mengingatkan aku akan sebuah pergolakan batin seorang lelaki kala itu. Roy panggil saja begitu, dia sudah menikah dengan Cerry yang memberikannya keturunan, 2 orang anak laki laki yang tampan dan energik. Roy diakhir tahun 2007 ini memiliki beban yang sangat berat terhadap keluarga dari orangtuanya, pekerjaannya sebagai expatriat dan keluarga dia sendiri bersama istrinya. Kalau memandang dari kacamata awam diriku yang tidak mampu merasakan besarnya pergolakan jiwa yang dialami Roy rasanya ingin sekali aku menghajar dia karena telah menyakiti Cerry dengan berusaha menceraikannya. Istri yang dia nikahi genap 10 tahun itu menjadi bantalan baginya untuk mengeluarkan emosi dalam diri.

Tapi tak adil rasanya bila aku menghukum dia dengan segala kekuranganku dan atas segala kebaikannya pada keluarga cerry yang begitu besarnya hingga diriku hanya bisa merenungi apa makna dari semua permasalahan yang mereka hadapi.

July 2007, aku menyaksikan cerry yang sudah kembali ke tanah kelahirannya mendapatkan kabar dari mertuanya, bahwa Roy yang masih berada dijepang itu telah membuat surat pengajuan cerai untuk istrinya dan kembalinya Cerry ke indonesia ini kenyataannya "DIPULANGKAN" ya! dipulangkan kepada kedua orang tuanya. Remuk rasanya hatiku mendengar itu, karena aku merasa paham sekali dengan pernikahan mereka dari saat pertama kali dimana mereka berdua yang kala itu menikah diusia muda setelah Roy menyelesaikan kuliahnya dan Cerry yang masih kuliah disalah satu Universitas diBandung. Tapi kenyataanya "Tidak" aku tidak benar-benar paham dengan mereka berdua. Dulu Mereka sempat merasakan pahit getir bersama karena kekurangan materi tapi lambat laun Roy yang memang dari awalnya melarang istrinya untuk bekerja mendapati karirnya maju lumayan pesat hingga pernah merasakan bekerja dibeberapa Negara, kesimpulanku saat itu tetang pernikahan mereka sangatlah Solid dan harmonis, nyatanya Salah.

Aku tak mengerti apa yang terjadi dengan mereka dan aku hanya bisa menahan tangis mendengar cerita Cerry mengenai ulah suaminya. Cerry pun hanya bisa terdiam mematung dan tetes air mata mulai membasahi pipinya, dari suaranya yang lirih dia berkata "Rasanya seperti terkena petir teu, Kunaon Aa tidak menjatuhkan teteh pas kemarin naik pesawat, sakit teu rasanya hati teteh, teteh mau mati aja" Dibalut logat sundanya yang masih kental dia mengadu padaku, Aku adik perempuannya yang dipanggil Ateu seperti merasakan pedih dan perihnya perasaan Cerry saat itu. Tak seutas katapun terlontar dari mulutku dan aku hanya menunduk kepala dan terdiam sambil memegangi tangannya.

"Teteh memang salah teu, teteh waktu eta emang emosi teu, teteh sempat menumpahkan air ke dia, teteh kesel teu sebab Aa chatting wae jeung temen cewena eta. Aa bilang katanya mau ngenail teteh sama cewe eta, Aa memang cerita dia itu temenna. Teteh cuma kesel sebab Aa lupa sama janjinya buat ngenalin ke teteh,padahal dia tiap hari chatting sama dia. Teteh ga tau kerasnya teteh sama Aa sudah membuat Aa sakit hati sampe tega nyere-in teteh kaya gini.." Serentetan ucapan dia yang mengadu padaku membuat aku berusaha menerka arti yang mungkin menjadi sebab dari semua permasalahan. "Selingkuh, Emosi-an dan kasar, terusik dan hilang kesabaran" hatiku mulai mengumpulkan kata kata yang bisa mewakili semuanya, Pikiranku pun ikut andil menjabarkan kata-kata kunci tersebut. "Apa benar Aa selingkuh?? sama Siapa?? Kenapa, bukannya dia yang over protective terhadap teh Cerry dan bukannya Aa sangat mencintai istrinya sampai-sampai istrinya dilarang buat keluar rumah kalau ada laki-laki lain selain dia. Kenapa Apa Aa yang sabar itu,apa sudah tak sanggup menahan emosi karena sikap kasar yang telah teteh perbuat. Oh my Goss" Lenguhku mengingat penuhnya kata kata yang terus meloncat loncat dalam otak kecilku ini.

Setelah dipendam beberapa lama akhirnya kasus ini muncul keluar dan menjadi bahasan semalam suntuk dikeluargaku. Bapak, Umi, aku dan teh Cerry masing masing terdiam merenungi kata cerai yang diajukan Roy. Bapak sampai berpikir bahwa kami lah yang mungkin menyebabkan A Roy menceraikan istrinya karena memang selama ini Keluargaku sering dibantu masalah materi olehnya. Kami terdiam menyimpan tangis dan berusaha menekan ego kami agar tidak menyalahkan Roy ataupun Cerry walaupun Cerry saat itu benar-benar merasa bahwa dialah yang menabur andil yang besar sehingga keputusan itu terbentuk. Aku yang tak pandai berkata kata dan sering sekali menjauh dari permasalahan rumit dirumah tangga akhirnya mulai berimprovisasi dan berusaha membuat hati kakak ku lebih tenang. Setiap waktu aku berusaha menghubunginya karena khawatir akan terjadi sesuatu kepadanya yang terpuruk dalam kesedihan. Beruntunglah ia memiliki dua anak yang lucu dan mengemaskan yang menjadi alasan baginya untuk tetap hidup dan tetap mempejuangakan semuanya. Walaupun aku tau hatinya remuk seperti istilah yang dia pakai "Klu hati ini ada dibagian luar pasti akan terlihat bolong dan berdarah- darah". Ya Allah aku sedih mendengarnya, sesedih apapun diriku aku tak dapat melakukan apa-apa karena Cerry melarang kami untuk menanyakan hal ini pada Roy, Lagipun Roy memang orang yang introvert dan dia sulit untuk kami dekati. Berdoa pada yang maha kuasa satu satu nya jalan buatku untuk membantunya, Berdoa agar Aa mendapatkan Rahmat untuk berubah hatinya, memaafkan istrinya dan tidak jadi menceraikan istrinya. Juga berdoa agar teteh memiliki kesabaran dalam menghadapi ujiannya.

Ya ini adalah sebuah ujian, ujian bagi manusia dikala dia senang. Ingat seperti kataku sebelumnya, bahwa keluarga mereka harmonis dan solid karena mereka selama 10 tahun yang berjuang dalam kesulitan tetap bersatu padu mempertahankan pernikahannya. Tetapi mengapa kini dikala senang permasalahan yang mungkin bisa diselesaikan malah berujung pada perpisahan yang sungguh menyakitkan. Tak pelak memang manusia dapat berubah tetapi seiring perjalannya apakah manusia bisa berubah kearah yang lebih baik dengan segala ujian yang diberikan oleh Tuhannya.

Selalu ku ingatkan pada Cerry agar dia pasrah terhadap ujian dari Allah, pasrah disini bukan pasrah terhadap percerainya tetapi Lilahi ta'ala atau pasrah pada Ujian Allah sehingga dalam hati akan terkuak ikhlas yang bisa memperingan masalahnya dan diapun akan mudah untuk menyampaikan keinginanya pada suaminya. Aku pernah merasakan kepasrahan yang orang bule itu bilang surrender saat aku telah diponis mati oleh Dokter itu kala aku mengalami pendarahan hebat didalam tubuhku akibat pecahnya pebuluh darah tetapi tidak keluar dari dalam tubuh. Organ bagian dalam tubuhku tergenang darah kurang lebih satu liter hingga aku terkapar kesakitan tapi tetap mempertahankan kesadaran yang pada akhirnya operasi anestesipun dilakukan. Pasrah itu yang terus aku dengungkan pada diriku dan pada kakakku hingga akhirnya kakakku yang kalut hatinya dapat dengan tegar menemui suaminya dan bicara dari hati ke hati mengenai semua permasalahan mereka tanpa emosi. Dimana percakapan itu dapat membuat suami tercintanya itu menangis sedih. Kini proses perceraian memang masih berlanjut keduanya masih tetap harus kembali ke pengadilan agama. Roy memang masih bersikukuh pada egonya walaupun Cerry tahu suaminya tersebut begitu sedih dan terpukul dengan keputusannya hingga sampai jika perceraian itupun terjadi, Roy masih meminta bahkan memerintakan Cerry untuk tetap tidak bekerja dan dia menyanggupi untuk menafkahi Cerry dan anaknya tersebut selagi dia masih bekerja.

Bathinku masih tidak mengerti dengan kedua perasaan makhlus tuhan tersebut yang sedang berjuang dalam ujiannya. Roy memang masih betah dengan ego kelaki lakiannya dan kami masih berharap Allah memberikan rahmatnya dan meluruskan hati Roy agar dia bisa kembali merangkul dan mendekap erat pernikahannya. Tetapi satu yang ku ingat bahwa ujian Perceraian diRumah tangga Roy dan Cerry itu membuahkan kesabaran hati dan keikhlasan diri dihati Cerry yang mungkin suatu hari dapat meningkatkan derajat hidupnya dihadapan-Nya dan mahkluk-Nya.

Berat Bebanku meninggalkan mu...
separuh nafas jiwaku.. Sirna...
Bukan salahku meninggalkan mu...
Mungkin benar cinta sejati... tak berpihak pada kita...

Kasihku.. sampai disini cinta kita jangan tangisi keadanya...
Bukan karena kita berbeda...

Oh... dengarkan lagu...
Lagu ini melodi rintihan, hati ini...
Cinta kita "" dijanuari....

Note :
"" = Berakhir menjadi bersatu kembali



Mudah mudahan Januari bukan waktu untuk mereka berpisah tak seperti lagu Glen Fredly yang mengiang-ngiang di telingaku... Semoga

Tidak ada komentar: